Senin, 04 Desember 2017

BUDIDAYA TANAMAN JAHE


SENTRA PENANAMAN



Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun & di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.



SYARAT PERTUMBUHAN

1.    Iklim

1.    Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.

2.    Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yg terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.

3.    Suhu udara optimum utk budidaya tanaman jahe antara 20-35°C.

2.    Media Tanam

1.    Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yg subur, gembur & banyak mengandung humus.

2.    Tekstur tanah yg baik adalah lempung berpasir, liat berpasir & tanah laterik.

3.    Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum utk jahe gajah adalah 6,8-7,0.

3.    Ketinggian Tempat

1.    Jahe tumbuh baik di daerah tropis & subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl.

2.    Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.

PEDOMAN BUDIDAYA

1. Pembibitan Jahe

1.    Persyaratan Bibit Jahe : Bibit berkualitas adalah bibit yg memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yg tinggi), & mutu fisik. yg dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yg bebas hama & penyakit. Oleh karena itu kriteria yg harus dipenuhi antara lain:

1.       Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).

2.       Dipilih bahan bibit dari tanaman yg sudah tua (berumur 9-10 bulan).

3.       Dipilih pula dari tanaman yg sehat & kulit rimpang tidak terluka atau lecet.

2.    Teknik Penyemaian Bibit : utk pertumbuhan tanaman yg serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.

1.       Penyemaian pada peti kayu : Rimpang jahe yg baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida & zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yg paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.

2.       Penyemaian pada bedengan : Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m utk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, & di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari & sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan & setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & beratnya 40-60 gram.

3.    Penyiapan Bibit Jahe : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung & dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.

2. Pengolahan Media Tanam

1.    Persiapan Lahan : utk mendapatkan hasil panen yg optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yg dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yg ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yg dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.

2.    Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan utk mendapatkan kondisi tanah yg gembur atau remah & membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit & hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yg kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam & sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.

3.    Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yg kondisi air tanahnya jelek & sekaligus utk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.

4.    Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) & calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yg masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp & pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yg sangat diperlukan tanaman utk mengeraskan bagian tanaman yg berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah & merangsang pembentukan biji.

1.    Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.

2.    Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.

3.    Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.

3. Teknik Penanaman Jahe

1.    Penentuan Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi & produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

1.    Mengurangi kerugian yg disebabkan naik turunnya harga.

2.    Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.

3.    Meningkatkan produktivitas lahan.

4.    Memperbaiki sifat fisik & mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yg ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis & lain-lain. Ada juga yg ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah & beberapa kacang-kacangan lainnya.

2.    Pembutan Lubang Tanam : utk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yg buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm utk menanam bibit.

3.    Cara Penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yg sudah disiapkan.

4.    Perioda Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September & Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak utk pertumbuhannya.

4.Pemeliharaan Tanaman Jahe

1.    Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan utk melihat rimpang yg mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yg baik serta pemeliharaan yg benar.

2.    Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yg tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar..

3.    Pembubunan : Tanaman jahe memerlukan tanah yg peredaran udara & air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan utk menimbun rimpang jahe yg kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam & diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan & sekaligus terbentuk sistem pengairan yg berfungsi utk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yg terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah & banyaknya hujan.

4.    Pemupukan :

1.    Pemupukan Organik : Pada pertanian organik yg tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan & obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yg ditebar & dicampur tanah olahan. utk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, & 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan & bersamaan dengan kegiatan pembubunan.

2.    Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yg digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang & pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; & ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yg berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), & K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N & K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) & sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur & ditanam di sela-sela tanaman.

5.    Pengairan & Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air yg terlalu banyak utk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;

6.    Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yg utk disemai & pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yg mendorong pertumbuhan jahe.




Sumber : http://www.budidaya-petani.com/

Selasa, 21 November 2017

Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Jahe Dan Cara Pengendaliannya

Musuh pada tanaman jahe yang menyerang yakni biasa dikenal dengan hama. Terkadang pula ada jenis bakteri-bakteri yang mengganggu tanaman jahe hingga membuatnya menjadi tidak sehat ( terkena penyakit ). Hal-hal inilah yang menyebabkan penurunan yang tidak berkualitas pada jahe yang tidak dapat memenuhi sesuai dengan banyaknya permintaan.

Berikut ini ialah hama-hama yang menyerang tanaman jahe :
Kepik ( Epilahre sp )
Jenis hama ini dapat menyerang tanaman jahe pada bagian daun, gejala yang muncul yang terlihat apabila terserang ialah pada bagian daun akan terlihat berlubang-lubang.
Cara Pengendalian
Dapat dikendalikan dengan cara membuang kepik satu-persatu atau dengan menggunakan penyemprotan insektisida organik yang berupa air tuba. Apabila sekiranya sudah tidak efektif bisa dengan menggunakan pestisida kimia seperti profenofos atau betasiflutrin, namun harap berhati-hati karena cara ini akan mengurangi kesehatan dan kualitas jahe nantinya.
Ulat Penggerek Akar ( Dichorcrosis puntiferalis )
Jenis hama yang satu ini menyerang tanaman jahe pada bagian akarnya. Gejala yang muncul yakni pada akar jahe yang semakin mengering, bila dibiarkan dalam waktu yang lama. Hama ini akan terus menyerang akar hingga tanaman tidak bisa memperoleh nutrisi secara normal melalui akarnya kemudian mati.
Cara Pengendalian
Hama ini dapat dikendalikan dengan cara yang sama dengan hama kepik, untuk pengendalian kimiawi dengan menggunakan insektisida nematisida dengan karbofuran berdosis 1 gram/tanaman.
Kumbang ( Araeceras fascicularis )
Hama ini menyerang tanaman jahe pada bagian baging rimpang jahe. Gejala yang muncul kondisi rimpang yang abnormal karena terisi dengan telur kumbang.
Cara Pengendalian
Dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida air tuba atau dengan menggunakan pestisida profenofos.
Lalat ( Mimegrala coeruleifrons )
Hama ini menyerang tanaman jahe pada bagian rimpang jahe. Gejala yang muncul ialah rimpang jahe yang lama-kelamaan akan membusuk. hal ini sebenarnya yang menyerang bukanlah hama lalat ini, tetapi bakteri pada rimpang tersebut. Jadi lalat ini sebagai indikator saja bahwa rimpang jahe terkontaminasi dengan bakteri. Walaupun diketahui fakta tersebut, tetap ada kemungkinan bahwa lalat rimpang ini menyebarkan penyakit kepada rimpang jahe yang lainnya.
Cara Pengendalian
Dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisidaorganik seperti air tuba dan juga pestisida kimia seperti nematisida dengan karbofuran.
Nematoda ( Meloidogyne sp. )
Hama yang satu ini menyerang tanaman jahe pada bagian akar dan rimpang. Gejala bisa terlihat terbentuknya bintil-bintil kecil pada akar, atau warna rimpang jahe yang berubah coklat pada permukaannya.
Cara Pengendalian
Dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida nematisida dengan karbofuran dengan dosis 1 gram/tanaman.
Kutu Daun ( Aspidiella hartii )
Hama ini menyerang tanaman jahe pada bagian daunnya, karena sari pati daun diserap. Gejala dapat terlihat pada daun yang mulai menggulung, menguning, layu dan kemudian mati.
Cara Pengendalian
Dapat dikendalikan dengan cara sama dengan pengendalian seperti hama kepik.
Untuk kondisi tertentu, tanaman jahe ini akan terserang oleh jenis penyakit sehingga merusak proses pertumbuhan, penyakit ini biasanya ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sehat atau perawatan yang kurang, serta dipengaruhi juga oleh bibit yang tidak tahan atau lemah.



Berikut ini adalah penyakit yang sering menyerang tanaman jahe :
Layu Bakteri
Jenis penyakit yang menyerang tanaman jahe ini disebabkan oleh bakteri solanacearum. Gejala yang terlihat yaitu rimpang yang membusuk dan bila dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Pada helaian daun juga melipat hingga menggulung dan berubah warna, tunas batang akan membusuk dan tanaman akan mati.
Cara Pengendalian
Dengan memilih bibit jahe yang sehat atau yang tahan terhadap dari serangan penyakit. Dengan pemberian fungisida dihane M-45 ( 0,25% ) dan Bavistin ( 0,25% ) juga dapat mengatasinya. Pastikan tanaman yang terkontaminasi langsung dicabut dan dibuang jauh dari tanaman lainnya hal ini bertujuan untuk mencegah penyebarannya.
Busuk Rimpang
Disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. zingiberi. Gejala terlihat pada daun bagian bawah berubah menjadi kuning, layu, kemudian tanaman mati, pada rimpang terlihat juga membusuk pada tanaman tersebut.
Cara Pengendalian
Dengan cara penerapan pola tanam yang baik, dengan pemilihan bibit yang unggul serta dengan penggunaan fungisida.
Bercak Daun
Jenis penyakit ini disebabkan oleh cendawan cercospora atau phyllosticta. Gejala yang muncul terdapat noda abu-abu pada daun berukuran 3 – 5 mm yang kemudian menjadi hitam. Pinggir daun terlihat membusuk dan basah menyebabkan kematian pada tanaman.
Cara Pengendalian
Dengan pola tanam yang baik dan pemilihan bibit yang unggul.

Sumber : http://www.ruangtani.com/pengendalian-hama-dan-penyakit-pada-tanaman-jahe/

Sabtu, 11 November 2017

Mengenal Tanaman Jahe

KLASIFIKASI ILMIAH JAHE

Klasifikasi ilmiah adalah cara ahli biologi mengelompokkan dan mengkategorikan spesies dari organisme yang punah maupun yang hidup, Klasifikasi (pengelompokan) merupakan suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu.
Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum (hewan)/Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), familia (Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).

Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup.

Berikut ini adalah tabel klasifikasi Jahe :
NAMA-NAMA LAIN JAHE
Nama Latin Jahe : Zingiber officinale Rosc.
Indonesia: Jahe
Inggris: Ginger
Melayu: Helia, halia, aliya
Vietnam: Cay gung
Thailand: Khing
Pilipina: Luya, laya, giya
Cina: Jiang
Jepang: Shouga


CIRI-CIRI JAHE

Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm, Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm, Tangkai daun berbulu halus, Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Jahe Merupakan Tanaman rimpang, Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun ada pula yang mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Tiongkok Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa. Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter. Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk penanaman jahe tidak boleh tergenang.




JENIS-JENIS JAHE

Terdapat 3 jenis jahe yang biasa kita jumpai di pasaran, yaitu:

1. Jahe gajah/jahe badak
Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.

2. Jahe kuning
Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.

3. Jahe merah
Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan kulit warna merah, serat lebih besar dibanding jahe biasa.




Sumber :http://www.tanobat.com/

Jumat, 10 November 2017

Pengertian dan Empat Prinsip Dasar PHT

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. Karena PHT merupakan suatu sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama dan penyakit menjadi sangat penting.
Ada empat prinsip dasar yang mendorong penerapan PHT secara nasional,terutama dalam rangka program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Beberapa prinsip yang mengharuskannya PHT pada tanaman sayuran adalah seperti dinyatakan dalam uraian berikut ini.

1. Budidaya tanaman sehat
Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program pengendalian hama dan penyakit. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap serangan hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tersebut. Oleh karena itu, setiap usaha dalam budidaya tanaman paprika seperti pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan tanaman sampai penanganan hasil panen perlu diperhatikan agar diperoleh pertanaman yang sehat, kuat dan produktif, serta hasil panen yang tinggi.

2. Pemanfaatan musuh alami
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial merupakan tulang punggung PHT. Dengan adanya musuh alami yang mampu menekan populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman.

3. Pengamatan rutin atau pemantauan
Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan.

4. Petani sebagai ahli PHT
Penerapan PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat. Rekomendasi PHT hendaknya dikembangkan oleh petani sendiri. Agar petani mampu menerapkan PHT, diperlukan usaha pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik secara formal maupun informal.

Hal-hal yang diperlukan untuk penerapan PHT
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, maka untuk penerapan PHT diperlukan komponen teknologi, sistem pemantauan yang tepat, dan petugas atau petani yang terampil dalam penerapan komponen teknologi PHT.




Sumber: http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/